Sinar api menyala terang di puncak kawah Gunung Agung, di Karangasem, Bali, Minggu (26/11). Usai meletus pada Sabtu malam, 25 November 2017, Gunung Agung sempat mengeluarkan sinar merah yang disebut lava.
Suhu panas di Gunung Agung semakin meningkat. Jika pada tiga hari lalu suhu panas atau thermal nilai Vulcanic Radiatif Power (VPR) 51 megawatt, semalam terekam 97 megawatt.
Kepala Sub Bidang Mitigasi Gunung Api Wilayah Timur Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Devy Kamil Syahbana, mengatakan, naiknya thermal dengan angka yang tinggi itu berarti lava semakin tumbuh dan banyak di permukaan Gunung Agung.
"Terjadi pertumbuhan lava di dalam kawah Gunung Agung, terus tumbuh di lantai atau dasar kawah," ujar Devy di Pos Pengamatan Gunung Agung di Desa Rendang, Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem, Bali, Rabu (/11/2017).
Selain menunjukkan jumlah lava semakin banyak, hal itu bermakna Gunung Agung berpotensi meletus lagi.
Kepala Sub Bidang Mitigasi Gunung Api Wilayah Timur Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Devy Kamil Syahbana, mengatakan, naiknya thermal dengan angka yang tinggi itu berarti lava semakin tumbuh dan banyak di permukaan Gunung Agung.
"Terjadi pertumbuhan lava di dalam kawah Gunung Agung, terus tumbuh di lantai atau dasar kawah," ujar Devy di Pos Pengamatan Gunung Agung di Desa Rendang, Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem, Bali, Rabu (/11/2017).
Selain menunjukkan jumlah lava semakin banyak, hal itu bermakna Gunung Agung berpotensi meletus lagi.
"Dia berpotensi menghasilkan letusan. Dalam kondisi over pressure, ketika magma di bawah permukaan terakumulasi tekanannya, maka ketika dia melepaskan tekanan, material terlontar dapat berupa batu maupun abu," jelas Devy.
Vulkanik Glow
Terkait cahaya terang di kawah Gunung Agung, Devy menjelaskan, itu adalah vulkanik glow yang diakibatkan oleh lava yang sudah ada di permukaan.
"Kita tidak perlu membuktikan naik ke atas untuk melihat ada atau tidak lavanya. Kita kan punya teknologi satelit. Satelit sudah merekam adanya lava di permukaan dan sudah berada di dasar kawah, semakin tumbuh terus, jumlah lavanya semakin banyak," papar dia.
"Kita tidak perlu membuktikan naik ke atas untuk melihat ada atau tidak lavanya. Kita kan punya teknologi satelit. Satelit sudah merekam adanya lava di permukaan dan sudah berada di dasar kawah, semakin tumbuh terus, jumlah lavanya semakin banyak," papar dia.
BACA JUGA :
- Bukan Sulap atau Ilmu HItam,8 Fakta Tentang Hipnotis Akan Membuatmu Tercengeng
- Sebelum Gunung Agung Meletus Sempat ada Gempa Vulkanik Kecil
- Ini Fakta Menarik Tentang yang Dirahasiakan Terkait Penemuan Bangkai Kapal Titanic
- Pantai Paling Unik, Harus Lompat dari Tebing untuk Mengunjunginya
- 5 Olahraga Ekstrem dengan Biaya Termahal, Apa Saja?
0 komentar:
Posting Komentar