Bukan Sulap atau Ilmu Hitam, 8 Fakta tentang Hipnotis Ini Bakal Buatmu Tercengang

| Senin, 27 November 2017


Teknik Hipnotis
“Tatap mata saya…”
“Dalam hitungan ke-tiga, kamu akan tertidur. Satu…dua…”

Dialog semacam itu pastinya sudah nggak asing lagi di telinga. Di televisibanyak acara-acara hipnotis yang ditayangkan. Peserta biasanya akan bisa langsung tertidur dan bisa disuruh melakukan apa-apa. Ada juga yang diajak ngobrol di bawah alam sadarnya sehingga keluar semua rahasianya. Kalau dipikir-pikir, hipnotis ini seram juga ya karena mengambil alih kesadaran kita.

Tapi sebenarnya apa sih yang terjadi kalau kita sedang dihipnotis? Apa iya, kita kehilangan kontrol sepenuhnya atas diri sendiri dan akan mengikuti instruksi dari orang yang menghipnotis? Kalau penasaran, yuk simak ulasan Hipwee News & Feature kali ini! Dalam ranah teori,begini nih penjelasan hipnotis.

 Tingginya konsentrasi membuat kita terbebas dari koneksi dengan sekitar

Perlu konsentrasi
Selama ini, banyak yang berasumsi bahwa orang yang pikirannya lemah dan kacau bisa jadi mangsa empuk tukang hipnotis. Padahal hipnotis justru hanya akan terjadi jika kita terlalu berkonsentrasi terhadap benda spesifik. Karena semua fokus tercurah ke situ, kita jadi seolah terlepas dari 
lingkungan sekitar. Analoginya sama seperti saat kita baca buku di tempat umum. Saking serunya berselancar di barisan kata-kata, kita jadi luput memperhatikan sekitar. Kamu ingat ‘kan ahli hipnotis selalu minta “tatap mata saya..” atau “perhatikan benda ini..“? Ya memang untuk bisa dihipnotis, kamu harus benar-benar fokus.

Yang sebenarnya terjadi adalah tubuh memang rileks, tapi kamu sepenuhnya terjaga

Terlihat sedang tidur, padahal cuma rileks aja 

Kalau melihat di televisi, orang yang dihipnotis sepertinya dalam kondisi tidur. Matanya terpejam dan tubuhnya juga lemah lunglai. Dalam kondisi terhipnotis, tubuh kita memang dalam kondisi sangat rileks. Tapi seluruh organ tubuh kita sebenar-benarnya terjaga. Dapat dibilang kamu juga menyadari segala yang terjadi. Memang ada kemungkinan kamu yang kelelahan saat dihipnotis, akan jatuh tertidur. Nah, saat inilah sang penghipnotis nggak bisa “membangunkanmu” dan secara otomatis proses hipnotis itu terhenti dengan sendirinya.
Jadi hipnotis nggak pernah mengambil seluruh kesadaranmu
Hipnotis juga digambarkan begitu mengerikan di film dan novel-novel. Orang lain bisa mengontrol kita dan membuat kita seperti zombie. Kalau orang jahat, harta benda kita juga bisa dikuras setelah kita dihipnotis. Tapi sebuah hipnotis yang sempurna memerlukan “kerja sama” antara penghipnotis dan yang dihipnotis. Karena hipnotis perlu konsentrasi luar biasa, jadi tergantung kamu mau atau nggak untuk mengikuti prosesnya. Masuk dalam kondisi terhipnotis ini sendiri adalah skill yang bisa dipelajari lho.
Karena itulah, kamu bisa disuruh untuk bertindak macam-macam sesuai dengan sugestinya

Imajinasi meningkat 
Karena sudah menyiratkan kooperasi dan kerja sama sejak awal, saat terhipnotis, orang akan lebih mudah dikasih tahu. Orang yang sudah siap dihipnotis bisa dimasukan sugesti. Lalu di sini juga imajinasi mengambil peran. “Terhipnotis” seringkali disamakan dengan kondisi mengkhayal. Jadi kalau sang penghipnotis mensugesti kamu sedang ada di ladang gandum dengan hujan cokelat dari meteor, kamu akan melihat itu semua di pikiranmu. Jadi kamu pun nggak akan keberatan saat disuruh lari-larian seolah sedang mengejar hujan cokelat.
 Bukan jaminan apa yang kamu katakan saat dihipnotis itu benar

Hipnotis bukan serum kebenaran
Masih ingat acara hipnotis yang dibawakan oleh Uya Kuya dulu? Di sana peserta yang dihipnotis seolah-olah jadi blak-blakan atas semua rahasianya. Tapi apakah hipnotis adalah metode untuk membongkar rahasia seseorang? Ternyata nggak begitu lho. Dalam kondisi terhipnotis, kamu tetap punya kontrol atas dirimu sendiri. Kamu nggak akan ngomong A kalau memang nggak mau ngomong A. Jadi ketika peserta di acara Uya Kuya membongkar rahasianya, itu berarti dia memang mau membongkar rahasianya sendiri.

Kalau dari segi psikologi medis, hipnotis memang bisa membantu seseorang untuk menggali lebih dalam soal pengalaman hidupnya di masa lalu. Bagaimana perasaannya dan bagaimana pendapatnya. Tapi pengalaman itu murni subjektif yang bisa jadi benar dan bisa jadi salah.
Kamu bisa menghipnotis dirimu sendiri kok, misalnya dengan yoga dan meditasi

Meditasi juga sebuah self-hypnosis
Di luar acara hiburan televisi, hipnotis sering dikaitkan dengan orang jahat yang selalu mengambil keuntungan dari korbannya. Sebenarnya, tanpa kita sadari sehari-hari kita sering ada dalam kondisi terhipnotis kok. Ini yang namanya self-hypnosis. Banyak juga ahli yang berpendapat bahwa semua hipnotis adalah self-hypnosis, karena seorang hipnosist sebenarnya nggak melakukan apa-apa selain memberikan instruksi.

Saat kamu terlarut dalam cerita novel, saat kamu berkonsentrasi menyetir supaya selamat sampai tujuan, bisa dibilang kamu sedang menghipnotis diri sendiri. Contoh lainnya adalah meditasi. Meditasi yang sukses mengharuskan kamu super fokus, sehingga melepaskan diri dari hal-hal duniawi di sekitarmu.
Tapi anehnya, semakin tinggi konsentrasi semakin mudah dihipnotisnya

Orang yang mudah konsentrasi justru lebih mudah dihipnotis
Hipnotis bisa terjadi kepada siapa saja, nggak cuma kepada dia yang pikirannya sedang kacau dan lemah mentalnya. Tapi, nggak semua orang bisa dihipnotis, karena hipnotis membutuhkan kerja sama dari peserta. Uniknya, orang yang cerdas dengan IQ tinggi dan memiliki daya konsentrasi yang tinggi akan lebih mudah memasuki tahap hipnotis. Lagi-lagi kembali ke teori awal, bahwa untuk dihipnotis, kamu harus benar-benar fokus.
 “Intervensi” hipnotis bisa bermanfaat dan menyembuhkan berbagai gangguan psikis

Bisa untuk terapi medis
Di dunia medis, hipnotis punya banyak manfaat. Seorang tokoh psikologi, Sigmund Freud, mengembangkan hipnotis untuk teknik psikoanalisa. Selain itu, hipnotis juga bisa mengatasi berbagai gangguan kesehatan, seperti mengurangi rasa sakit dan menyembuhkan insomnia. Sisi positifnya lagi, melalui sugesti, proses hipnotis juga bisa menghentikan kebiasaan-kebiasaan buruk seperti merokok. Tentu saja semua itu harus disertai kemauan dari pasien. Selain itu, hipnotis juga bukan obat yang langsung terasa efeknya. Tapi kebiasaan mensugesti diri sendiri sampai akhirnya tubuh mengikuti sugesti tersebut.

Wah, ternyata diri kemauan kita sangat besar pengaruhnya atas sukses/nggaknya proses hipnotis. Jadi kalau yang di TV-TV itu, proses hipnotis terjadi dipengaruhi juga dengan keinginan subjek untuk mendapat sedikit sorotan. Orang yang dihipnotis mau melakukan sugesti yang diberikan selama itu “fun” dan dalam konteks hiburan.

Hmm, kalau hipnotis seperti itu penjelasannya, kira-kira kalau ilmu pelet seperti apa ya?

0 komentar:

Posting Komentar

Next Prev
▲Top▲