Praka Fitra Musa Prajurit Parako Kopassus.
Prajurit TNI berhasil membebaskan sandera dari Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Tembagapura, Papua. Operasi pembebasan sandera ini melaui perencanaan yang matang dan akurat.
Seorang prajurit Parako Kopassus Praka Fitra Musa mengatakan, dia mendapat perintah untuk melakukan operasi pembebasan sandera pada 2 November 2017. Setibanya di Tembagapura, Fitra masih harus menunggu skema pembebasan sandera yang sedang digodok oleh para pimpinan satuan.
Sampai akhirnya tiba saat pembebasan sandera dilakukan. Fitra bersama beberapa rekan lainnya menuju ke Kimbely sebagai sasaran utama penyergapan dan pembebasan sandera. Setidaknya dia harus berjalan kaki menyusuri hutan rimba Papua selama 3 hari 3 malam.
"Kami menyusuri hutan dengan medan yang sangat berat. Kebetulan tugas saya membuka jalan," kata Fitra usai menerima kenaikan pangkat luar biasa di Tembagapura, Papua, Minggu (19/11).
Saat berangkat, Fitra bersama prajurit lainnya hanya dibekali logistik untuk dua hari. Sedangkan sisanya, mereka harus mencari makan di hutan.
"Kami memang sudah dilatih untuk bertahan hidup di hutan," imbuh Fitra tanpa menyebutkan cara khusus bertahan hidup.
Selain kekurangan makanan, Fitra juga harus menghadapi cuaca ekstrem hutan pegunungan Papua. Setiap hari tubuh mereka terguyur hujan tanpa sempat bersalin pakaian.
"Cuaca di sana kalau malam sampai 8 derajat," tutur prajurit asal Maluku itu.
Pergerakan pasukan juga hanya bisa dilakukan pada malam hari. Itu juga yang menyebabkan perjalan menuju sasaran menjadi begitu lama.
"Kami harus senyap agar tidak diketahui oleh kelompok separatis," kata Fitra.
Selama di hutan, mereka hanya berkomunikasi menggunakan HT. Tantangan lain ketika mereka harus menghemat baterai sampai waktu penyerbuan tiba.
Setibanya di lokasi, Fitra bersama rekan lainnya bersiap menunggu jam "J" sebagai tanda dimulainya pembebasan sandera. Tepat pukul 07.00 WIT, aba-aba diberikan dan penyergapan langsung dilakukan.
"Kami langsung masuk ke sasaran. Dua jam kami baku tembak dengan kelompok separatis," ungkap Fitra.
Tim kemudian melakukan penyekatan, penyisiran, dan pembersihan di lokasi operasi. Setelah semua dinyatakan aman, barulah tim evakuasi yang terdiri dari Brimob Polri dan TNI masuk ke lokasi.
"Kami juga terus melakukan penjagaan saat itu," ucap dia.
Karena keberhasilan ini, Fitra dan 57 prajurit lainnya mendapat anugerah kenaikan pangkat luar biasa satu tingkat dari Panglima TNI. Pemberian pangkat dilakukan di depan markas OPM yang sudah dikuasai oleh TNI.
Prajurit TNI berhasil membebaskan sandera dari Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Tembagapura, Papua. Operasi pembebasan sandera ini melaui perencanaan yang matang dan akurat.
Seorang prajurit Parako Kopassus Praka Fitra Musa mengatakan, dia mendapat perintah untuk melakukan operasi pembebasan sandera pada 2 November 2017. Setibanya di Tembagapura, Fitra masih harus menunggu skema pembebasan sandera yang sedang digodok oleh para pimpinan satuan.
Sampai akhirnya tiba saat pembebasan sandera dilakukan. Fitra bersama beberapa rekan lainnya menuju ke Kimbely sebagai sasaran utama penyergapan dan pembebasan sandera. Setidaknya dia harus berjalan kaki menyusuri hutan rimba Papua selama 3 hari 3 malam.
"Kami menyusuri hutan dengan medan yang sangat berat. Kebetulan tugas saya membuka jalan," kata Fitra usai menerima kenaikan pangkat luar biasa di Tembagapura, Papua, Minggu (19/11).
Saat berangkat, Fitra bersama prajurit lainnya hanya dibekali logistik untuk dua hari. Sedangkan sisanya, mereka harus mencari makan di hutan.
"Kami memang sudah dilatih untuk bertahan hidup di hutan," imbuh Fitra tanpa menyebutkan cara khusus bertahan hidup.
Selain kekurangan makanan, Fitra juga harus menghadapi cuaca ekstrem hutan pegunungan Papua. Setiap hari tubuh mereka terguyur hujan tanpa sempat bersalin pakaian.
"Cuaca di sana kalau malam sampai 8 derajat," tutur prajurit asal Maluku itu.
Pergerakan pasukan juga hanya bisa dilakukan pada malam hari. Itu juga yang menyebabkan perjalan menuju sasaran menjadi begitu lama.
"Kami harus senyap agar tidak diketahui oleh kelompok separatis," kata Fitra.
Selama di hutan, mereka hanya berkomunikasi menggunakan HT. Tantangan lain ketika mereka harus menghemat baterai sampai waktu penyerbuan tiba.
Setibanya di lokasi, Fitra bersama rekan lainnya bersiap menunggu jam "J" sebagai tanda dimulainya pembebasan sandera. Tepat pukul 07.00 WIT, aba-aba diberikan dan penyergapan langsung dilakukan.
"Kami langsung masuk ke sasaran. Dua jam kami baku tembak dengan kelompok separatis," ungkap Fitra.
Tim kemudian melakukan penyekatan, penyisiran, dan pembersihan di lokasi operasi. Setelah semua dinyatakan aman, barulah tim evakuasi yang terdiri dari Brimob Polri dan TNI masuk ke lokasi.
"Kami juga terus melakukan penjagaan saat itu," ucap dia.
Karena keberhasilan ini, Fitra dan 57 prajurit lainnya mendapat anugerah kenaikan pangkat luar biasa satu tingkat dari Panglima TNI. Pemberian pangkat dilakukan di depan markas OPM yang sudah dikuasai oleh TNI.
BACA JUGA :
- Posisi Seks yang Bikin Pria Klepek-Klepek Menurut Zodiak
- Fenomena Bola Api Lebih Terang dari 100 Bulan Sinari Finlandia
- Bahaya Mengintai di Balik Kenikmatan Pornografi Virtual Reality
- HEADLINE: Penetapan Pahlawan Nasional, Kenapa Gus Dur Tak Masuk?
- Menurut Para Ahli :5 Olahraga Ini Bikin Pria Kuat Berhubungan Seks
- Stephen Hawking: Bumi Akan Berubah Menjadi Bola Api Raksasa...
- Jual Keperawanan dengan Pengusaha Demi Tren, Model Ini Kantongi Rp 4 Miliar
0 komentar:
Posting Komentar