5 Standar Kecantikan yang Menyakitkan dalam Sejarah Hingga tindik puting

| Jumat, 03 November 2017



Umumnya model memiliki pemanpilan cantik, tinggi, dan sesuai dengan standar model. Namun, ada yang berbeda dengan model-model iniSetiap negara pasti memiliki standar kecantikan yang berbeda. Namun, jika kita sedikit menengok standar kecantikan wanita zaman dahulu di setiap negara, pasti kamu terkejut.

Bahkan beberapa di antaranya juga tak masuk akal dan menyakitkan. Berikut ini merupakan sejumlah standar kecantikan yang pernah tercatat sejarah.

1. Kaki kecil di Tiongkok


Kaki kecil atau disebut kaki lotus dimulai sejak abad ke-10 di Tiongkok. Biasanya mulai dilakukan kepada anak-anak perempuan di usia lima sampai dengan tujuh tahun. Untuk mendapatkan standar kecantikan tersebut orangtua mereka merekatkan perban pada kaki secara kuat. Tujuannya agar kaki mereka tidak tumbuh besar dan normal. Perban yang direkatkan nantinya akan merusak susuan tulang pada kaki sehingga terlihat menyusut ke dalam.

Walaupun menyiksa, kaki kecil diketahui dapat menunjang kecantikan pada putri mereka. Bahkan bisa dibilang sebagai salah satu syarat dalam pernikahan dan meningkatkan kecantikan di kalangan masyarakat. Banyak orangtua melakukan ini agar putri mereka mendapat kehidupan yang lebih baik.

2. Mencabut bulu mata


Lukisan wanita zaman Renaissance. Source:nationalgallery.org.uk dan arttrav.com

Percaya atau tidak, di abad pertengahan mencabut bulu mata dan alis telah dilakukan oleh banyak kalangan wanita di Eropa. Walaupun menyakitkan, cara ini dilakukan agar memberikan fokus kepada bagian wajah terutama dahi.


Pada zaman tersebut dahi dikenal sebagai salah satu bagian tepenting pada wajah perempuan. Selain itu, banyak anggapan bahwa wanita tidak seharusnya menunjukan rambut ataupun mereka di depan publik.

3. Gigi Hitam di Jepang


Menghitamkan Gigi (pinterest/ancient-origins.net)

Walaupun terdengar aneh tapi mempunyai gigi hitam sempat menjadi standar kecantikan di Jepang selama ribuan tahun yang lalu. Tradisi ini disebut dengan Ohaguro.

Untuk menghitamkan gigi, dilakukan dengan mencampurkan bubuk besi ke dalam sake atau teh yang kemudian mereka minum. Proses oksidasi nantinya akan membuat warna pada gigi mereka menjadi hitam.

Apalagi setelah mereka menikah, para perempuan di Jepang di bisa menghitamkan gigi mereka secara permanen. Selain sebagai simbol kecantikan, gigi hitam juga simbol komitmen dalam pernikahan.

4. Belahan dada pada abad ke-17 dan tindikan erotis pada era Victoria


Lukisan wanita di abad ke-17

Tren pakaian perempuan pada abad ke-17 lebih terbuka pada bagian leher sampai dengan belahan dada. Pada saat itu, tulang leher dan belahan dada merupakan salah satu standar kecantikan di kalangan masyarakat Inggris.

Akan lebih baik lagi jika pada bagian tersebut bewarna putih pucat. Kebanyakan orang berpikir jika bagian dada dan leher mereka pucat, maka wanita tersebut jarang keluar rumah dan dikaitkan dengan tingkat sosialnya. Oleh karena itu, tidak sedikit wanita menggunakan bedak putih yang berlebihan pada bagian belahan dada mereka.

Pada masa pemerintahan Ratu Victoria, kebanyakan orang menggunakan pakaian yang tertutup. Namun, banyak orang kaya justru mengenalkan tren tindik pada bagian tubuh yang sensitif. Para perempuan biasanya menindik puting mereka dan mengaitkannya dengan rantai. Sedangkan pria juga menindik bagian atas penis mereka.

5. Membentuk tulang kepala


Membentuk tulang kepala

Suku Maya kuno punya tradisi aneh yakni mengubah bentuk tengkorak pada kepala bayi mereka. Dengan papan khusus, para orangtua meletakan bayi mereka di dalamnya. Tujuannya agar membuat bentuk yang cacat terhadap tengkorak kepala mereka. Cara ini dikenal sebagai tanda kecantikan dalam suku mereka. Beberapa suku lain seperti suku Inca, Hawaii, dan Tahiti juga menerapkan standar kecantikan ini dalam suku mereka.



BACA JUGA :

0 komentar:

Posting Komentar

Next Prev
▲Top▲