Bantuan kemanusiaan Indonesia untuk pengungsi Rohingya di Bangladesh
Bantuan kemanusiaan dari Indonesia bagi warga Rohingya di kamp-kamp pengungsi di Bangladesh menurut rencana akan mulai dibagikan hari Senin (18/09).
"Bantuan dari Indonesia yang berada di gudang di Cox's Bazar akan didistribusikan ke 12 pos atau titik di wilayah pengungsi di Cox's Bazar, bekerja sama dengan badan-badan internasional seperti UNHCR (badan PBB untuk pengungsi) dan IOM (Organisasi Migrasi Internasional)," demikian keterangan yang dikeluarkan kedutaan besar RI di Dhaka.
Bantuan dari Indonesia telah tiba secara bergelombang di bandar udara Chittagong, Bangladesh, sejak Kamis (14/09).
Hingga 16 September Indonesia sudah mengirim 54 ton bantuan kemanusiaan berupa 30 ton beras, 14.000 selimut, 2.004 paket makanan siap saji, 20 unit tenda besar, 10 unit tanki air fleksibel, 900 paket pakaian, dan satu ton gula pasir.
Selain Indonesia, sejumlah negara juga mengirim bantuan untuk warga minoritas Muslim Rohingya di antaranya Maroko, India, dan Iran.
Lembaga-lembaga bantuan menyebut bahwa bantuan itu belum juga sampai pada yang membutuhkan.
Para perwakilan lembaga tersebut mengatakan bahwa mereka frustrasi dengan kurangnya koordinasi dan pembatasan yang diberlakukan oleh pemerintah Bangladesh.
Padahal, berdasarkan data PBB, populasi kamp mencapai 70.000, jauh melampaui titik jenuh. Jadi, semua pengungsi baru, yang jumlhanya sekitar 400.000-an orang, terdampar di luar kamp.
Mereka amat memerlukan makanan dan obat-obatan. Namun, dengan aturan yang ada, UNHCR tidak memiliki wewenang untuk memberikan pasokan kebutuhan penting ini kepada orang-orang yang membutuhkannya. Wewenang itu ada pada pemerintah Bangladesh.
Terkait pembatasan, hingga Minggu (17/09) pemerintah Bangladesh belum memberi izin bagi delegasi Indonesia untuk mengunjungi kamp-kamp pengungsi Rohingya karena alasan keamanan.
Krisis kemanusiaan ini dipicu oleh gelombang kekerasan yang terjadi di Rakhine, Myanmar, yang memaksa warga minoritas Muslim Rohingya meyelamatkan diri ke negara tetangga Bangladesh dalam tiga pekan terakhir.
Kekerasan bermula dari serangan milisi di Rakhine terhadap beberapa pos keamanan yang dibalas dengan operasi oleh militer Myanmar.
PBB menggambarkan kekerasan ini sebagai 'jelas-jelas pembersihan etnis' sementara Myanmar mengatakan operasi militer yang mereka lakukan ditujukan untuk 'membersihkan teroris'.
Kekerasan bermula dari serangan milisi di Rakhine terhadap beberapa pos keamanan yang dibalas dengan operasi oleh militer Myanmar.
PBB menggambarkan kekerasan ini sebagai 'jelas-jelas pembersihan etnis' sementara Myanmar mengatakan operasi militer yang mereka lakukan ditujukan untuk 'membersihkan teroris'.
0 komentar:
Posting Komentar